Think! is stand for THrowing Information N Knowledge. With this blog, I shall throw any Information and Knowledge for your consumption. So, I hope this blog can be useful for all of you.
NOTE~ This blog was based on books, articles and author’s assumption. The Author is not responsible for the validity of the assumption. It’s up to your judgement. I’ll appreciate any comment. Thank you vor visiting my page!
Hacked By TeaM_CC :: 0x0 WAS HERE
Your Security breached ….
No security is perfect
Facebook.com/cyber.command0s
[+]Team_CC[+]
- Written by Yodhia Antariksa
- Posted July 21, 2008 at 12:10 am
Knowledge-based economy, demikian sebuah kosa kata yang kini makin acap terdengar. Frasa itu secara eksplit juga makin meneguhkan pentingnya makna pengetahuan bagi eksistensi sebuah organisasi – entah itu organisasi bisnis ataupun organisasi publik.
Dalam konteks itulah, kini juga makin mendesak sebuah kebutuhan bagi setiap organisasi untuk membangun apa yang disebut sebagai knowledge management atau manajemen pengetahuan. Knowledge management atau sering disingkat KM sendiri sejatinya dapat diartikan sebagai sebuah tindakan sistematis untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan mendistribusikan segenap jejak pengetahuan yang relevan kepada setiap anggota organisasi tersebut, dengan tujuan meningkatkan daya saing organisasi.
Di Indonesia sendiri, konsep dan aplikasi dari knowledge management ini sudah makin berkembang dengan baik. Bahkan ada sebuah organisasi konsultan, yakni Dunamis (pemegang lisensi Stephen Covey di Indonesia) yang memberikan award tahunan bagi perusahaan di Indonesia yang dianggap terbaik dalam penerapan knowledge management. Award itu disebut MAKE (Most Admired Knowledge Enterprises), dan tiga pemenang utama untuk tahun 2008 ini adalah Excelkomindo Pratama (XL), Astra International dan Telkom Indonesia.
Lalu langkah apa saja yang mesti dilakukan untuk mengembangkan knowledge management yang tangguh? Berikut tiga tips praktis yang mungkin bisa dirajut guna menata knowledge management yang efektif.
Langkah yang pertama adalah membangun apa yang bisa disebut sebagai Portal Pengetahuan secara internal (intranet knowledge portal). Dalam portal yang bisa diakses oleh setiap anggota perusahaan inilah, disusun beragam folder dan menu pengetahuan yang relevan. Isinya bisa menyangkut artikel-artikel tentang manajemen praktis; paper mengenai dinamika industri bisnis yang digeluti; materi-materi pelatihan internal; ataupun juga berupa paper pengalaman dari karyawan perusahaan tersebut dalam mengerjakan sebuah projek tertentu.
Dulu ketika saya masih bekerja pada sebuah perusahaan konsultan asing, firma saya ini menyediakan sebuah portal pengetahuan yang sangat ekstensif. Salah satu menu favorit kami adalah “lesson learned paper” yang berisikan poin-poin penting apa – baik poin kegagalan ataupun keberhsilan — yang diperoleh ketika rekan-rekan kami mengerjakan projek konsultasi untuk para kliennya di berbagai negara di dunia. Melalui paper ini, “learning curve” kami dapat bergerak dengan cepat lantaran adanya proses saling berbagai pengetahuan dari beragam sumber di beragam tempat.
Lalu, siapa yang mestinya mengelola portal pengetahuan ini? Idealnya mesti ada satu dedicated person yang bertugas mengidentifikasi, mengkodifikasi dan menata beragam sumber pengetahuan yang relevan (sebutannya adalah “knowledge officer”). Orang ini tentu mesti dibantu oleh tim IT untuk menyiapkan infrastruktur database dan portal intranet tersebut.
Langkah praktis kedua adalah dengan mentradisikan semacam pertemuan Knowledge Sharing Session, selama sekitar 2 jam, setidaknya setiap bulan sekali. Sharing session ini bisa dilakukan secara corporate-wide, atau dilakukan per departemen/divisi. Bisa dilakukan dengan mengundang narasumber dari luar atau internal. Materinya bisa berupa pengetahuan manajemen praktis ataupun pengalaman karyawan dalam mengerjakan sebuah tugas/projek. Hasil sharing session ini kemudian juga bisa di-upload ke Portal Pengetahuan, sehingga setiap karyawan bisa mengakses materinya. Knowledge sharing session ini akan sangat bermanfaat dalam menggali dan mendistribusikan potensi pengetahuan yang ada dalam diri setiap karyawan perusahaan.
Langkah praktis ketiga adalah dengan menerbitkan semacam Online Knowledge Buletin. Buletin ini dapat diterbitkan sebulan atau dua bulan sekali, dan berisikan update pengetahuan-pengetahuan mutakhir mengenai manajemen/bisnis ataupun mengenai dinamika industri yang ditekuni oleh perusahaan tersebut (beragam artikel yang ada di blog ini juga sangat cocok menjadi materi buletin itu…..hehehehe). Buletin ini sebaiknya didistribusikan melalui multimedia email (email multimedia maksudnya email yang isinya variatif, penuh warna dan elemen visual lainnya; jadi berbeda dengan email tradisional yang garing dan biasa Anda terima itu). Melalui knowledge buletin ini, pengetahuan setiap karyawan perusahaan Anda bisa terus disegarkan dan ter-upate; jadi tidak lapuk ketinggalan zaman.
Demikianlah tiga langkah praktikal yang mungkin bisa Anda lakukan untuk mulai membangun knowledge management system di kantor/perusahaan Anda. Sebuah tindakan untuk merawat, menyemai dan memupuk benih-benih gagasan setiap insan demi tumbuhnya sebuah taman pengetahuan yang indah nan mencerahkan.
Dalam sebuah implementasi ERP, kondisi seperti yang digambarkan oleh Michael Hammer seringkali terjadi. Ketika ERP baru pertama kali Go-Live, pasti akan banyak terjadi konflik kepentingan karena user akan menghadapi sesuatu yang baru sehingga menimbulkan kebingungan. Namun seiring meningkatnya manfaat yang dirasakan oleh user maka perubahan sikap pun terjadi. Ketika manfaat yang dirasakan mencapai angka 30% ke atas, user akan mulai terbiasa dan mulai dapat menerima perubahan ke sistem baru. Hingga pada akhirnya ketika semakin mendekati 100% manfaat yang dirasakan user maka user akan sepenuhnya menerima keberadaan sistem.
Lesson learned yang dapat diambil adalah kita yang bekerja di bidang IT khususnya software pasti harus berhadapan dengan tahap implementasi. Dibutuhkan keahlian khusus (atau kesabaran 🙂 ) untuk mendampingi user mau tidak mau harus mengalami perubahan. Namun ketika kita bisa membuktikan keunggulan dan manfaat dari sistem yang kita rancang dan develop, maka user akan dapat menerima perubahan tersebut. Itu berarti dalam membangun sistem, harus diperhatikan kembali keuntungan atau manfaat bagi user, bukan hanya kepada pihak yang menerima output (manajemen) tetapi juga kepada pihak yang melakukan input (staff).
1. Buka word, ketik kalimat dengan format Arial, 16, Bold yang akan diberikan Styles. Lalu highlight kalimat itu. Klik kanan lalu pilih Styles, kemudian pilih Save Selection as New Quick Style.
2. Pada dialog box yang muncul, beri nama Style dengan nama Bab lalu pilih modify
3. Pada dialog box Modify, pilih Style based On Heading 1 lalu pilih OK.
4. Lalu ulangi langkah 1 – 3 untuk Style SubBab dengan format Arial, 14, Bold dan pada dialog box Modify, pilih Style based On Heading 2 lalu pilih OK.
5. Lalu ulangi langkah 1 – 3 untuk Style SubSubBab dengan format Arial, 14, Bold dan pada dialog box Modify, pilih Style based On Heading 3 lalu pilih OK.
6. Bila semua level sudah diberi style, pada ribbon Insert, pilih Blank Page.
7. Pada Page yang baru diisi, pilih tab References lalu pilih menu Table Of Contents, pilih Automatic Table 1.
8. Daftar Isi Anda sudah jadi.
9. Bila ingin mengupdate Daftar Isi, tinggal klik kanan pada table, lalu pilih Update Field.
10. Ada 2 pilihan pada Update Field:
– Update Page Number Only, bila tidak ada penambahan daftar isi, hanya halaman yang berubah.
– Update entire Table, bila ada penambahan daftar isi.
Big Bang Method
Dalam penggunaan metode Big Bang, sebuah aplikasi ERP diimplementasikan di semua lokasi pada waktu yang bersamaan. Dalam Big Bang, rentang waktu sistem dari versi pengujian sampai menjadi sistem yang benar-benar dipakai menjadi pencatat transaksi hanya dalam beberapa hari. Oleh karena itu dalam metode Big Bang, dibutuhkan proses pengujian yang intensif sebelum akhirnya melakukan cut off terhadap sistem yang lama dan menggunakan sistem yang baru.
Langkah-langkah dalam metode Big Bang:
a. Mengimplementasikan semua proses dan dokumen pendukung ke dalam software.
b. Semua modul diuji secara individual fungsionalitasnya dan hubungannya dengan modul lain.
c. Mematikan sistem lama dan menggantinya dengan sistem baru.
Kelebihan metode Big Bang:
a. Tidak membutuhkan antarmuka sementara sebagai perantara sistem baru dan lama.
b. Tidak membutuhkan perawatan pada sistem lama.
c. Penggunaan sistem baru diharuskan sehingga sistem lama dapat benar-benar ditinggalkan.
d. Waktu yang dibutuhkan untuk implementasi lebih sedikit.
Kekurangan metode Big Bang:
a. Dibutuhkan tenaga kerja untuk implementasi lebih banyak.
b. Resiko kegagalan sistem lebih tinggi.
c. Tidak dapat sewaktu-waktu pindah ke sistem lama.
d. Waktu antara pengembangan dan implementasi lebih lama.
Kategori perusahaan yang cocok menggunakan metode Big Bang:
a. Perusahaan kecil dan tingkat kompleksitas bisnis proses yang rendah.
b. Struktur organisasi yang flat dan tingkat pengontrolan yang rendah.
c. Jumlah modul yang sedikit dan tingkat perubahan modul yang rendah.
Phased Method
Dalam penggunaan metode Phased Implementation, modul-modul diimplementasikan satu per satu atau dalam kelompok-kelompok modul yang pada umumnya dilakukan di satu lokasi tertentu. Phased Implementation merupakan rangkaian urutan implementasi yang terdiri dari perancangan, pengembangan, pengujian dan instalasi modul-modul yang berbeda. Tidak seperti Big Bang, Phased Implementation membutuhkan perhatian dan perawatan khusus pada sistem lama dengan tujuan memfasilitasi pengintegrasian dengan sistem yang baru.
Kelebihan metode Phased Implementation:
a. Tenaga kerja untuk implementasi lebih sedikit.
b. Tenaga kerja dapat dikonsentrasikan pada modul tertentu.
c. Resiko lebih kecil
d. Dapat sewaktu-waktu menggunakan sistem lama.
e. Rentang waktu antara pengembangan dan implementasi lebih sedikit.
Kekurangan metode Phased Implementation:
a. Membutuhkan antarmuka sementara.
b. Harus merawat sistem lama.
c. Kecenderungan untuk kembali ke sistem lama.
d. Instalasi lebih lama.
Kategori perusahaan yang cocok menggunakan metode Phased Implementation:
a. Perusahaan besar dan tingkat kompleksitas bisnis proses yang tinggi.
b. Struktur organisasi yang berjenjang dan tingkat pengontrolan yang tinggi.
c. Jumlah modul yang banyak dan tingkat perubahan modul yang tinggi.
Reference: Wallace, F. Thomas dan Michael H. Kremzar. 2001. ERP: Making It Happen. John Wiley & Sons
Ada 4 tingkatan untuk mengukur kesuksesan sebuah ERP.
– Kelas A –
Digunakan secara efektif dan menyeluruh pada perusahaan, menghasilkan perbaikan-perbaikan yang signifikan dalam pelayanan pelanggan, produktivitas dan biaya.
– Kelas B –
Didukung oleh manajemen puncak, digunakan oleh manajemen lini tengah dalam menghasilkan perbaikan kualitas yang terukur.
– Kelas C –
Digunakan oleh bagian tertentu dari perusahaan. Tidak semua bagian menggunakannya karena kurangnya koneksi antara satu modul dengan modul lain.
– Kelas D –
Informasi yang tidak akurat dan tidak dimengerti oleh para pengguna, memberikan bantuan yang sangat sedikit dalam menjalankan bisnis.
Selain itu, untuk mengukur tingkat kegagalan ada 5 tingkat:
– Corresponding Failure –
Kegagalan sistem memenuhi objektif perancangan.
– Process Failure –
kegagalan sistem memenuhi budget dan jadwal.
– Interaction Failure –
Kegagalan sistem karena sistem tidak dipakai oleh user meskipun sudah sesuai budget dan jadwal
– Expectation Failure –
Kegagalan sistem karena tidak sesuai dengan harapan para stakeholders.
– Strategic/Competition Failure –
Kegagalan sistem karena tidak membantu bisnis perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor walaupun segalanya sudah sesuai dengan rencana dan harapan.
USB Flash Disk Anda pernah terjangkit virus lalu ketika discan dengan antivirus, si antivirus menawarkan untuk clean, repair, deny access, atau delete? Tapi sayangnya tidak ada pilihan lain selain Delete yang harus Anda pilih dan kemudian Anda mulai meratapi nasib file-file Anda.
Namun, jangan sedih dulu. Masih ada harapan bahwa file Anda masih ada dalam UFD Anda. Sebenarnya yang didelete oleh antivirus adalah file virus yang menyerupai file/folder Anda.
Beberapa virus mencoba mengelabui mata Anda dengan cara menyembunyikan file Anda (biasanya .doc, .jpg) dan attribute file Anda dijadikan Hidden plus System File lalu berkamuflase menyerupai file anda, hanya saja extensionnya .exe. Yang perlu Anda lakukan adalah
1. Buka My Computer.
2. Klik Tools, pilih Folder Options.
3. Pada tab view, lakukan hal-hal berikut
– Centang Display the content of system folders
– Klik radiobutton Show hidden files and folders
– Lalu hapus centang Hide protected operating system files(Recommended)
4. Klik OK.
Apakah file/folder Anda muncul? Bila tidak, saya turut berduka atas kehilangan Anda. Bila muncul, bergembiralah karena sesungguhnya file Anda masih aman hanya saja ‘invisible’. Untuk file-file yang diset atributnya System File, Anda tidak bisa menghilangkan atribut itu dari jendela properties file Anda. Yang perlu Anda lakukan adalah:
1. Buka Command Prompt. Ketik cmd pada Run
2. Lalu masuk ke drive UFD Anda. Misalkan E:
3. Ketik attrib -s -h /s /d lalu Enter.
Maka seluruh file dan folder pada UFD Anda akan dilepas atribut Hidden dan System file. Dan voila! file Anda sudah bisa dilihat lagi.
Note: Perintah attrib bisa dipakai untuk drive lainnya seperti drive C:\, tapi resiko ditanggung oleh Anda. 😀
Virus bisa jadi hal yang paling menjengkelkan yang pernah kita temui ada dalam PC ataupun Notebook kita. Beberapa tahun belakang, virus lokal kita cukup berjaya merepotkan mahasiswa hingga staff-staff IT yang harus berulang kali mengangkat telpon dari user yang PC nya terinfeksi virus. Perkembangan teknologi seperti USB Flashdisk ataupun Harddisk Eksternal memudahkan virus bisa berpindah-pindah habitat.
Tapi jangan khawatir, karena untuk virus dapat berkembang biak ke komputer kita, diperlukan interaksi dari kita. Tentu kita tidak akan bodoh kan mengijinkan virus masuk ke dalam komputer kita. Tapi ucapkan terima kasih kepada Microsoft melalui OS sejuta umatnya yaitu Windows menyediakan fasilitas Autoplay yang mempersilahkan virus masuk ke dalam komputer kita. Lho bagaimana bisa? Kan saya tidak mengklik 2x file virus nya kok. Biasanya suatu PC yang sudah terjangkit virus, akan membagi-bagikan virusnya secara gratis ke tiap Flashdisk atau HD Ext yang ngetem di PC itu. Tidak lupa dia memberikan file Autorun.INF yang menjadi trigger supaya virus itu dijalankan. Autorun.INF ini kira-kira seperti ini isinya:
[autorun]
open=rontokbro.scr
File inilah yang pertama kali dijalankan ketika kita mengklik 2x drive UFD atau HD Ext kita pada My Computer. Melalui file ini, virus itu diaktifkan.
Ada beberapa cara pencegahan supaya UFD atau HD Ext yang bervirus tidak menjangkiti PC kita.
Pertama, matikan fungsi Autoplay.
1. Run gpedit.msc
2. Buka tree Computer Configuration -> Administrative Templates -> System.
3. Klik 2x pada Turn off Autoplay
4. Pilih Enabled dan Pilih Turn off autoplay on: All Drives. Klik OK.
Cara kedua, mungkin kita masih membutuhkan fungsi Autoplay untuk CD atau media lain. Supaya Windows tidak menjalankan fungsi Autoplay pada drive yaitu dengan cara mengetik langsung huruf drive pada toolbar address yang ada di window. Contoh E: lalu Enter. Dengan begitu, Autorun.INF tidak akan dijalankan oleh Windows.
Nah, sekarang berhati-hatilah terhadap ‘benda asing’ alias UFD atau HD Ext yang akan ngetem di PC/Notebook Anda. Tidak perlu parno, just do it the right way.
NOTE: Tips ini berlaku untuk PC/Notebook yang tidak mempunyai antivirus atau punya antivirus tapi tidak diupdate (sering-sering update lah) atau punya antivirus terupdate tapi masih blm kenal dengan virus baru. :))
Business Improvement VS Business Uniqueness
Pada umumnya, paket ERP memberi solusi best practice bagi perusahaan yang menggunakannya. Solusi best practice inilah yang diharapkan mampu memberikan business process improvement, yang pada gilirannya berarti menambahkan competitive advantage perusahaan. Namun, bagi perusahaan pengguna ERP, competitive advantage seringkali justru terdapat pada keunikan proses bisnis mereka.
Solusi yang tetap mempertahankan keunikan proses bisnis (sering disebut sebagai solusi as is) seringkali diminta oleh pihak manajemen perusahaan dengan pertimbangan mempertahankan keunggulan dan budaya perusahaan. Sementara pihak implementor dan vendor seringkali memaksakan solusi best practice dengan pertimbangan kemudahan, waktu, dan biaya implementasi.
Efficiency VS Control
Salah satu tujuan yang paling diinginkan dalam implementasi ERP adalah efisiensi dalam bentuk pemangkasan proses yang mubazir, sehingga dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk sebuah siklus proses bisnis. Pada sisi lain, pemangkasan proses bisnis berpotensi menghilangkan beberapa bagian informasi yang mungkin diperlukan utk sebuah proses kontrol. Pada beberapa perusahaan, terkadang kontrol lebih diprioritaskan ketimbang efisiensi.
Analysis VS Data Input
Data yang terintegrasi adalah kunci yang menjadikan proses analisis lebih mudah dilakukan. Namun untuk menghasilkan analisis yang tepat terdapat faktor lain yang turut menentukan, yakni keakuratan dan kelengkapan data. Seberapa banyak dan seberapa jauh analisis dapat dilakukan berbanding lurus dengan seberapa kaya data yang dimiliki. Hal inilah yang sering menjadikan dilema dalam sebuah implementasi ERP. Kelengkapan data sering berarti lebih banyak data yang harus dimasukkan. Pada level operator, hal ini seringkali menjadikan mereka berpikiran bahwa paket ERP yang diterapkan malah mempersulit kerja mereka. Sampai batasan tertentu, banyaknya data yang perlu dimasukkan seringkali dianggap sebagai faktor yang menurunkan produktivitas.
Technology VS Context
Didorong oleh keinginan untuk menjual sebanyak mungkin, banyak vendor produk teknologi (termasuk perangkat lunak) memaksakan penggunaan sebuah produk terbaru, tanpa memperhatikan ketersediaan dan kesiapan faktor-faktor pendukungnya. Faktor-faktor pendukung tersebut bisa berupa faktor yang bersifat teknis maupun sosial. Tanpa memperhatikan kesiapan faktor-faktor lainnya, akhirnya produk teknologi tersebut hanya menjadi barang pajangan yang tak memberi nilai tambah.
A. Outsourcing
Outsourcing adalah metode penggunaan sumber daya manusia yang berasal dari pihak eksternal untuk menangani atau membangun sistem perusahaan.
B. Insourcing
Insourcing adalah metode penggunaan sumber daya manusia yang berasal dari pihak internal yang dibentuk dalam satu bagian khusus untuk menangani atau membangun sistem untuk bagian-bagian lain dalam perusahaan.
C. Self Sourcing
Self Sourcing adalah metode penggunaan sumber daya manusia yang berasal dari pihak internal untuk menangani atau membangun sistem untuk bagian masing-masing dalam perusahaan.
D. Kesimpulan
Dari ketiga metode yang ada, saya paling tidak menyarankan metode selfsourcing karena SDM yang ada belum tentu mempunyai latar belakang atau keahlian dalam bidang IT. Rasa memiliki yang tinggi terkadang membawa efek negatif seperti contohnya ketika SDM tersebut keluar, dia dapat mengunci atau bahkan merusak sistem yang ada, dokumentasi pun terserah SDM tersebut mau dibuat atau tidak. Antara metode outsourcing dan insourcing sama-sama mempunyai keuntungan dan kerugian yang hampir seimbang. Namun begitu, saya lebih memilih metode insourcing. Dari segi teknis, insourcing bila dibandingkan dengan selfsourcing jelas lebih baik karena SDM yang ada memang mempunyai keahlian khusus. Tanggung jawab juga lebih jelas dalam insourcing karena mempunyai bagian tersendiri. Bila dibandingkan dengan outsourcing, segi teknis tidak jauh berbeda karena mempunyai latar belakang yang sama, pengetahuan sekarang juga mudah didapat dari internet. Memang bila dibandingkan dengan biaya, outsourcing lebih unggul karena tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk karyawan. Namun, biaya tidak dapat dibandingkan dengan investasi yang dilakukan perusahaan dalam diri seorang karyawan. Insourcing dapat menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap perusahaan sehingga karyawan dapat memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Masalah kekuatiran apabila karyawan meninggalkan perusahaan, itu adalah masalah bagaimana perusahaan memperlakukan karyawannya. Lingkungan pekerjaan yang baik dapat membuat karyawan kerasan untuk tetap bekerja dalam perusahaan tersebut meskipun ditawarkan pekerjaan baru dengan gaji yang lebih baik. Hal ini sudah seringkali terjadi dalam perusahaan tempat saya bekerja, dimana karyawan yang sudah mengundurkan diri untuk menerima pekerjaan yang lebih baik gajinya, akhirnya kembali lagi ke perusahaan.