Konflik Kepentingan dalam perancangan ERP

Business Improvement VS Business Uniqueness

Pada umumnya, paket ERP memberi solusi best practice bagi perusahaan yang menggunakannya. Solusi best practice inilah yang diharapkan mampu memberikan business process improvement, yang pada gilirannya berarti menambahkan competitive advantage perusahaan. Namun, bagi perusahaan pengguna ERP, competitive advantage seringkali justru terdapat pada keunikan proses bisnis mereka.

Solusi yang tetap mempertahankan keunikan proses bisnis (sering disebut sebagai solusi as is) seringkali diminta oleh pihak manajemen perusahaan dengan pertimbangan mempertahankan keunggulan dan budaya perusahaan. Sementara pihak implementor dan vendor seringkali memaksakan solusi best practice dengan pertimbangan kemudahan, waktu, dan biaya implementasi.

Efficiency VS Control

Salah satu tujuan yang paling diinginkan dalam implementasi ERP adalah efisiensi dalam bentuk pemangkasan proses yang mubazir, sehingga dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk sebuah siklus proses bisnis. Pada sisi lain, pemangkasan proses bisnis berpotensi menghilangkan beberapa bagian informasi yang mungkin diperlukan utk sebuah proses kontrol. Pada beberapa perusahaan, terkadang kontrol lebih diprioritaskan ketimbang efisiensi.

Analysis VS Data Input

Data yang terintegrasi adalah kunci yang menjadikan proses analisis lebih mudah dilakukan. Namun untuk menghasilkan analisis yang tepat terdapat faktor lain yang turut menentukan, yakni keakuratan dan kelengkapan data. Seberapa banyak dan seberapa jauh analisis dapat dilakukan berbanding lurus dengan seberapa kaya data yang dimiliki. Hal inilah yang sering menjadikan dilema dalam sebuah implementasi ERP. Kelengkapan data sering berarti lebih banyak data yang harus dimasukkan. Pada level operator, hal ini seringkali menjadikan mereka berpikiran bahwa paket ERP yang diterapkan malah mempersulit kerja mereka. Sampai batasan tertentu, banyaknya data yang perlu dimasukkan seringkali dianggap sebagai faktor yang menurunkan produktivitas.

Technology VS Context

Didorong oleh keinginan untuk menjual sebanyak mungkin, banyak vendor produk teknologi (termasuk perangkat lunak) memaksakan penggunaan sebuah produk terbaru, tanpa memperhatikan ketersediaan dan kesiapan faktor-faktor pendukungnya. Faktor-faktor pendukung tersebut bisa berupa faktor yang bersifat teknis maupun sosial. Tanpa memperhatikan kesiapan faktor-faktor lainnya, akhirnya produk teknologi tersebut hanya menjadi barang pajangan yang tak memberi nilai tambah.

 

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply

XHTML: You can use these tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>